Berkarya: PSI Memuja Jokowi dengan Menista Soeharto, Kami Lawan

Berkarya: PSI Memuja Jokowi dengan Menista Soeharto, Kami Lawan

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Dua partai baru bersaing seru. Partai Berkarya melawan PSI. Bila PSI mendukung Jokowi di Pilpres 2019 nanti, maka Partai Berkarya mempertimbangkan untuk mengambil arah sebaliknya.

Partai Berkarya yang dipimpin Ketua Umum Tommy Soeharto tak terima dengan PSI yang mengeluarkan video tentang dugaan pelanggaran HAM oleh rezim Soeharto. Partai Berkarya berang dan bergerak ke kubu seberang PSI.

"Selama ini kita menenggang rasa terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi. Itu kenapa kami kemaren belum tertarik untuk ikut menggerakkan tagar #2019GantiPresiden dan lebih fokus viralkan #2019gantilegislatif," kata Sekjen Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso, kepada detikcom, Minggu (3/6/2018).

"Tapi tingkah polah sombong dari PSI yang memuja-muja keluarga Jokowi setinggi langit dengan menista keluarga Soeharto telah cukup beri kesimpulan: kami akan kembali berhitung ulang dengan sikap politik yang lebih jelas," kata Priyo.

Menurutnya, video PSI telah merusak simbol-simbol yang dihormati Partai Berkarya, yakni simbol Soeharto dan keluarganya. Video itu dinilainya penuh permusuhan dan hasutan. 

"Dan kita tidak boleh biarkan ini semua. Hak kita membela diri. Semua jenjang partai diserukan untuk bersatu padu melawan balik serangan jahat ini. Tidak peduli mereka dibackingi oleh toke-toke besar atau penguasa yang mereka dukung sekalipun!" seru Priyo.

Ketua DPP Tsamara Amani membenarkan soal video itu. Video itu memang memuat soal praktik dugaan pelanggaran HAM era Soeharto.

Meski demikian, Tsamara menolak andai PSI dituntut minta maaf terkait video itu. Tsamara memberikan keterangan Ketua Tim Komunikasi PSI Andy Budiman.

"Kami tidak merasa perlu meminta maaf dan menarik video tersebut," kata Andy Budiman dalam keterangannya.

"Isi video tersebut sepenuhnya mengandung kebenaran tentang praktik-praktik pelanggaran HAM di era Orde Baru dan kami membuatnya agar rakyat Indonesia sadar akan masa lalu yang kelam yang tak boleh kita ulang kembali," ucapnya. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita