Anggota MPR: Mundurnya Yudi Menunjukkan Rapuhnya Lembaga-Lembaga di Sekitar Presiden

Anggota MPR: Mundurnya Yudi Menunjukkan Rapuhnya Lembaga-Lembaga di Sekitar Presiden

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Khatibul Umam Wiranu

www.gelora.co - Mundurnya Yudi Latif sebagai Kepala Pelaksana Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) cukup mengagetkan sejumlah kalangan, termasuk Anggota Fraksi Partai Demokrat MPR RI, Khatibul Umam Wiranu.

Khatibul menilai, Yudi yang sejak awal mendapat mandat menahkodai Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) merupakan sosok yang tepat dan merepresentasikan diktum 'The Right Man on The Right Place', orang yang tepat di tempat yang tepat pula. 

"Jejak pemikiran Yudi yang dituangkan dalam sejumlah karya ilmiah, semakin menegaskan posisi Yudi yang 'par execelent' dalam tema-tema ideologi bangsa dan negara. Salah satu 'magnum opusnya' Negara Paripurna semakin mengukuhkan posisi tersebut," kata Khatibul dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/6/2018).

Menariknya lagi, sambung dia, Yudi yang berangkat dari pemikir ke-Islam-an yang concern pada ide pembaruan Islam, meneruskan gagasan Nurcholis Madjid, semakin menggenapi pikiran Yudi.

"Kombinasi pemikiran ke-Islam-an dan kebangsaan seolah menjadi simbol dialektika dalam pembahasan konstitusi Indonesia di BPUPKI, Panitia Sembilan termasuk PPKI pada era menjelang Proklamasi  kemerdekaan," bebernya.

Mundurnya Yudi dari posisi Kepala BPIP, kata Khatibul, meski tak disebutkan imbas polemik soal gaji BPIP yang cukup tambun, publik sulit melepaskan dari latar tersebut.

"Perpres 42/2018 tentang Hak Keuangan BPIP telah menggerus signifikansi tujuan lembaga ini. Bahkan sampai saat ini pemerintah gagal merasionalisasikan soal besaran gaji tersebut," ungkapnya. 

Menurt Khatibul, ada sejumlah analisa yang mengemuka atas mundurnya Yudi Latif. Pertama, Yudi tidak hanya sekadar keluar dari Kepala BPIP, tapi ia juga keluar dari lingkaran dalam Istana. Kedua, kemundurannya sedikit banyak akan menimbulkan delegitimasi rezim ini. 

"Mundurnya Yudi juga jadi semacam konfirmasi atas keadaan yang menunjukkan rapuhnya lembaga-lembaga di sekitar presiden, sekaligus menjadi lampu kuning bagi kemerosotan pamor dan wibawa kepemimpinan Joko Widodo, sebagaimana sudah sering diperbiincangkan di kedai-kedai rakyat pinggir jalan," ucapnya.

"Kiranya dalam bahasa yang mudah dimengerti, Yudi itu orang yang tepat, di tempat yang tepat namun dalam situasi yang tidak tepat. Keputusan mundur Yudi harus kita apresiasi setinggi-tingginya, karena baru pertama kali di Indonesia pejabat setingkat Menteri mengundurkan diri karena institusi yang dipimpinnya dikritik secara tajam soal sistem penggajian," pungkas politikus kelahiran Purwokerto, 10 Februari tersebut. [tsc]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA