PARRA 19 Deklarasi Rizal Ramli-Adhyaksa Dault Maju Pilpres 2019

PARRA 19 Deklarasi Rizal Ramli-Adhyaksa Dault Maju Pilpres 2019

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Pergerakan Aktivis Relawan Rizal Adhyaksa (PARRA 19) menggelar diskusi publik dengan tema "Presiden Pilihan Rakyat" di Restoran Raden Bahari, Jalan Warung Buncit, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu siang (9/5).

Presidium PARRA 19, Santoso AS mengatakan diskusi bertujuan untuk mengulas sosok ekonom senior Dr. Rizal Ramli dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault yang dinilai merupakan pasangan ideal untuk memimpin bangsa.

Rizal jelas dia adalah seorang tokoh mahasiswa, pakar ekonomi dan politikus Indonesia. Dimana sejak menjadi mahasiswa ITB, Rizal muda selalu mengggelorakan wajib belajar kepada puluhan juta anak Indonesia yang kemudian diadopsi negara menjadi program wajib belajar sembilan tahun.

Saat itu, Rizal bersama Dewan Mahasiswa ITB juga menolak Soeharto melanjutkan jabatan Presiden dalam SI MPR 1978. Akibatnya Rizal bersama kawan-kawan di DM ITB harus meringkuk di LP Sukamiskin lebih kurang 2 tahun lamanya.

"Daya juang Rizal Ramli yang kokoh sejak bangku kuliah membuat sosoknya punya daya kritis fenomenal alias urat takutnya sudah putus dalam membela kepentingan rakyat," jelas Santoso.

Daya juang itu kata dia tak surut bahkan setelah Rizal dipercaya menduduki jabatan pemerintah sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Menteri Koordinator bidang Perekonomian, serta Menteri Keuangan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Rizal Ramli terbukti bekerja out the box, Bulog diberesi, rekening yang jumlahnya ratusan dirapihkan, tinggal puluhan rekening yang accountable. Bulog jadi sehat dan negara aman karena logistik Bulog itu. Begitu juga ketika Menko dan Menkeu era Gus Dur banyak prestasi yang membanggakan, inflasi rendah, utang minim, negosiasi dengan Freepot serta penyelamatan BUMN seperti PLN, Garuda, Bank BII yang sukses dengan gemilang," urainya.

Bahkan, lanjut dia, saat menjabat sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya di era Presiden Joko Widodo, menurut Santoso, gebrakan Rizal begitu dahsyat sehingga menciptakan perubahan internal kabinet kerja yang loyo dan sepi prestasi. RR sapaan khasnya dinilai mampu membuat Kabinet Kerja berdenyut dengan gebrakannya yang out the box pula. Publik dan media memberi nama Rajawali Kepret.

"Pelindo, PLN, Garuda dan lain-lain dikepret padahal ini bau anyir KKN yang kental," imbuhnya.

Puncaknya, lanjut Santoso, ketika Rizal mengkepret mega proyek reklamasi di pantai bagian utara Jakarta.

"Rizal Ramli teguh menutup projek ini meski banyak pihak tahu ada koneksi para pemilik project dengan orang nomor satu di republik ini dan terbukti Rizal Ramli tersingkir dizalimi para taipan reklamsi dan atasannya pun ternyata berpihak sama taipan," ujarnya.

Makanya, kata dia, oleh sebagian kalangan, Rizal Ramli dijuluki sebagai "Sang Penerobos". Hal itu menurutnya karena ide-idenya yang tidak konvensional namun tepat sasaran, dan berpihak pada kepentingan rakyat setelah daya rusak yang dibuat rezim Jokowi-Kalla, utamanya ukonomi terkait makin jauh tertinggal bahkan dengam negara sekecil Vietnam.

"Maka figur yang mumpuni di bidang ekonomi dengan track record teruji (adalah Rizal Ramli). Ingat Abraham Lincoln, Presiden ke 16 dan terbaik sepanjang masa di USA berucap, 'bila mau uji integritas seseorang ialah ketika dia berkuasa', dan Rizal Ramli lah yang sudah teruji cocok untuk menjadi Presiden ke 8," pungkas Santoso.

Sementara itu, Dewan Pengarah PARRA 19 Andrianto menjelaskan, sosok Adhyaksa Dault lah yang paling pantas mendampingi RR. Pasalnya, sarjana hukum Tri Sakti yang lantas lanjut magister ilmu politik UI dan puncaknya doktoral teknik kelautan di IPB ini memiliki track record yang baik di bidang kepemudaan. Yakni sebagai Ketua KNPI DKI dan Ketum DPP KNPI, serta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Ibarat kata dunia kepemudaan sudah berurat berakar. Bahkan identik dengan sosok Adhyaksa Dault yang juga alumni HMI," tegas Andrianto.

Saat inipun, lanjut Andrianto, Adhyaksa Dault mengemban amanat sebagai Ketum Kwarnas Pramuka. Sosok Adhyaksa ditegaskannya sangat loyal pada kiprah dunia kepemudaan dan sosial.

"Sangat pas dengan era milineal. Apalagi pemilih muda akan berjumlah 100 juta pemilih sebuah ceruk yang besar, tentu harus figur yang mumpuni dibidang inilah yang mampu mengakselarasikan para pemuda menjadi ujung tombak pembangunan," tekan Andrianto.

Untuk itu, menurut Andrianto, kedua figur tersebut, baik itu Rizal Ramli dan Adhyaksa Dault adalah sosok yang saling melengkapi.

"Sosok yang kenyang pengalaman pemerintahan dan profesional di bidang masing-masing. Kepada dwi tunggal inilah jalan terang bangsa ini untuk siap bersaing dengan bangsa lain. Utamanya kita dapat menjadi pemain utama kawasan lagi dan mengejar kemajuan  ekonomi guna wujudkan kesejahtraan wong cilik yang belum menikmati apa arti kemerdekaan," pungkasnya.

Diskusi ini dihadiri oleh lima orang pembicara dan puluhan relawan PARRA 19. Usai diskusi, PARRA 19 mendeklarasikan dukungan mereka secara resmi kepada Rizal Ramli dan Adhyaksa Dault.

"Semoga Tuhan yang Maha Esa merestui ikhtiar kami mendukung dwi tunggal Rizal Ramli sebagai Capres dan Adhyaksa sebagai Cawapres," demikian Andrianto berharap.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita