Eks Napi Teroris Sofyan Sauri Bantah Habib Rizieq soal Jadi Intel

Eks Napi Teroris Sofyan Sauri Bantah Habib Rizieq soal Jadi Intel

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Sofyan Tsauri saat memberi penjelasan soal tudingan dirinya seorang intelijen

www.gelora.co - Seorang eks narapidana teroris, Sofyan Tsauri, merasa dirinya menjadi korban fitnah Imam Besar FPI Habib Rizieq. Sofyan mengatakan ada beredar video ceramah Rizieq yang menyebut dirinya anggota Brimob yang menciptakan bibit-bibit teroris.

Dalam video berdurasi 5 menit 35 detik, Habib Rizieq mengatakan anggota FPI dilatih menembak di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok Jawa Barat oleh Sofyan. Anggota FPI itu kemudian dikirim ke Aceh dan dipersenjatai. Setelah itu anggota FPI diciduk aparat dan Sofyan menghilang.

"Orang bilang 'Habib itu Ustaz Abu Bakar Baasyir ditangkap gara-gara terorisme. Saya tahu perkaranya saudara. Bukan Ustaz Abu Bakar Baasyir yang suruh rakyat perang. Bukan Ustaz Abu Bakar Baasyir, saudara. Yang menciptakan terorisme, seorang yang namanya Sofyan Tsauri. Anggota Brimob, saudara. Dia rekrut anak-anak muda, termasuk laskar FPI, saudara," kata Habib Rizieq, dikutip detikcom dari video tersebut, Sabtu (19/5/2018).

Sofyan, yang ditemui di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, membantah tudingan itu. Dia menegaskan tak pernah berdinas di Korps Brimob.

"Tidak betul, saya dituduh anggota Brimob. Saya anggota Sabhara dan saya belum pernah di Brimob. Saya belum pernah kerja di satker namanya intelijen, intelkam atau reserse," kata Sofyan di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, sore tadi.

Sofyan memang bekas anggota Polri. Pangkat terakhirnya Brigadir, sebelum dia dipecat tidak dengan hormat (PTDH) lantaran suatu alasan.

Sofyan bercerita dirinya menjadi polisi sejak 1998 hingga 2009. Namun sudah tidak aktif sejak 2008. Selama itu dia berdinas di Satuan Sabhara dan Binmas Polresta Depok.

"Saya sejak jadi polisi tahun '98. Saya bekerja di Satker Sabhara dan kemudian Binmas. Dua itu saja. Saya tidak pernah di satker lain, maka saya tidak menguasai reserse dan lain-lain. Saya bukan anggota Brimob dan saya belum pernah di kesatuan Brimob, terutama di Kelapa Dua. Tetapi saya justru di Polres Depok," jelas dia.

Sofyan mengaku dirinya kerap berlatih menembak di lapangan Brimob. Namun kegiatan itu dilakukan sebelum dia terpapar paham radikal.

"Tuduhan terhadap saya, bahwa saya melatih ikhwan-ikhwan di lapangan tembak Brimob Kelapa Dua, saya clear-kan pelatihan di Mako Brimob itu bukan pelatihan militer. Saya disebut melibatkan 15 atau 10 anggota FPI pada saat itu, hanya 3 orang saja," ujar Sofyan.

"Saya memang punya agenda dengan Perbakin dan waktu itu main di Mako Brimob. Itu pun kami bayar. Karena waktu saya di sana juga, banyak anggota masyarakat ikut berlatih di sana. Dan itu bukan latihan militer tapi latihan menembak saja. Dan itu tidak ada kaitannya dengan terorisme, sebelum saya terlibat kelompok terorisme," sambung dia.

Awal mula dirinya masuk kelompok teroris pada 2009, kata Sofyan, karena terpapar pemikiran taqfir Aman Abdurrahman. Pemikiran taqfir sebenarnya sudah didalami Sofyan sejak 2006.

"Dulu saya memang terpapar pemikiran taqfir yang dibawa Aman Abdurrahman. Pada waktu itu saya begitu menghayati dan saya keluar dari dinas kepolisian pada 2008. Setelah 2006-2007 saya membaca buku Aman dan terjemahannya. Tahun 2009 saya di-PTDH. Ketika saya bergabung dengan jaringan terorisme, saya sudah dipecat," ucap Sofyan.

"Saya tertangkap 2010 di Narogong," imbuh dia.

Sofyan menuturkan dirinya lalu menjalani proses hukum lantaran ditetapkan sebagai tersangka kasus terorisme di Aceh. Kasus itu berujung pada vonis 10 tahun penjara dari hakim.

"Saya divonis dan saya ditangkap, bukan disembunyikan. Sidang saya di Pengadilan Depok, saya divonis 10 tahun dan saya dipindah-pindah. Saya dicampur dengan ikhwan-ikhwan lainnya, saya tidak dihilangkan. Saya ada betul. Saya menjalani dan keluar 21 Oktober 2015," jelas dia.

Sofyan lalu membantah tudingan Habib Rizieq yang mengatakan Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Baasyir ditangkap atas kasus terorisme karena dirinya. Bapak lima anak ini bahkan mengaku tidak tahu jika Abu Bakar Baasyir merupakan pimpinan kelompok teroris saat itu.

"Saya akan luruskan tuduhan-tuduhan bahwa saya adalah usupan dalam gerakan Islam, itu juga tidak betul. Apalagi saya sampai menyeret-nyeret Ustaz Abu Bakar Baasyir. Bahkan saya ketika tertangkap, saya tidak tahu Ustaz Abu itu terlibat. Karena saya hanya berhubungan dengan Dul Matin, Abdullah Sonata," tandas dia.

"Bahwa kegiatan telah dilakukan dan saya tidak tahu siapa saja yang terlibat dalam pelatihan militer tersebut. Karena saya waktu itu hanya dilibatkan untuk menyiapkan logistik persenjataan itu," ungkap Sofyan.

Sekali lagi, Sofyan membantah dirinya adalah penyusup dalam gerakan Islam radikal. Dia mengujarkan keputusannya bergabung dengan kelompok radikal karena keinginannya membela kaum Islam.

"Saya bergabung dengan kelompok teroris itu karena keyakinan saya, aqidah saya memang menuntut bahwa saya ingin berjihad membela kaum Muslimin. Tapi saya begabung dengan kelompok-kelompok yang disinyalir mempunyai pemikiran taqfir. Pemahaman yang mudah mengkafirkan. Bahkan FPI, Hamaz, kaum Muslimin, kelompok-kelompok jihad yang tidak setuju kepada mereka, dikafirkan. Ini jauh sebelum adanya ISIS. Pemahaman taqfir itu sudah ada," papar dia.

Terakhir, digambarkan Sofyan, dirinya merasa terancam setelah tudingan yang dilontarkan Habib Rizieq terhadap dirinya viral. Dia mengaku keselamatannya menjadi taruhan karena dalam kelompok Islam radikal, seorang intelijen dianggap kafir dan dihalalkan darahnya.

"Saya menolak tuduhan intelijen yang dituduhkan oleh Habib Rizieq Syihab dan saya begitu kecewa dan video ini. Begitu viral di tengah masyarakat dan itu berkonsekuensi buruk pada kehidupan saya dunia dan akhirat. Karena tuduhan-tuduhan intel tersebut berarti secara tidak langsung Habib Rizieq telah menghalalkan darah saya, harta saya kepada kelompok-kelompok yang yakin dan percaya bahwa Sofyan Tsauri ini adalah intel. Dan itu berbahaya bagi keselamatan saya dan keluarga saya. Ini adalah fitnah besar," tegas Sofyan.

"Kalau sudah tuduh saya intelijen, dalam terminologi gerakan Islam, intelijen itu kafir. Berarti konsekuensinya menghalalkan darah saya, harta saya," tutup dia.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita