Sosok Rocky Gerung, Dosen Filsafat yang Sampaikan Pernyataan Kontroversial Tentang Kitab Suci

Sosok Rocky Gerung, Dosen Filsafat yang Sampaikan Pernyataan Kontroversial Tentang Kitab Suci

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Rocky Gerung menjadi perhatian warganet karena pernyataannya yang kontroversial, di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/4/2018) malam.

Ia berpendapat bahwa Kitab Suci adalah fiksi, yang berbeda dengan fiktif.

Rocky kemudian menjelaskan makna fiksi secara filosofis.

"Fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos, dan itu sifatnya fiksi. Dan itu baik. Fiksi adalah fiction, dan itu berbeda dengan fiktif," ujar Rocky di acara tersebut.

Menurut Rocky, fiksi dalam agama adalah keyakinan.

Sedangkan dalam literatur, fiksi adalah energi untuk mengaktifkan imajinasi.

"Kimianya sama, dalam tubuh sama, dan jenis hormon yang diproduksi dalam tubuh sama," tambahnya.

Akibat pernyataan tersebut, Rocky kemudian disinggung sejumlah warganet di jagat maya.

Berikut sederet fakta tentang Rocky Gerung, seperti TribunJogja.com kutip dari berbagai sumber.

1. Lahir di Manado

Rocky lahir di Manado pada 20 Januari 1959.

Saat ini ia sudah genap berusia 59 tahun.

2. Lulusan Universitas Indonesia (UI)

Rocky menempuh pendidikan S1 di UI pada tahun 1986.

Ia kemudian memperoleh gelar sarjana sastra dari universitas tersebut.

3. Seorang Dosen

Saat ini, Rocky menjadi dosen di Departemen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI.

Ia juga merupakan peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).

4. Aktivis Sejak Zaman Orde Baru

Saat Pilkada DKI Jakarta berlangsung pada tahun 2017 lalu, Rocky pernah mendapat surat terbuka dari perancang desain sepatu Niluh Djelantik.

Di surat yang ditulis di Facebook itu Niluh mengungkapkan kekecewaannya terhadap Rocky dan beberapa aktivis lain, karena membiarkan kampanye bernuansa sektarian terjadi.

Padahal, Niluh dan Rocky merupakan aktivis satu generasi sejak zaman Orde Baru, yang memperjuangkan nilai-nilai sama, yakni Hak Asasi Manusia (HAM), non-diskriminasi, non-sektarianisme, antikekerasan, sensitif gender, serta tata pemerintahan yang baik.

Namun kini, para aktivis itu sudah memihak pada kelompok tertentu.

5. Kritis Terhadap Pemerintahan Jokowi

Selama ini, Rocky sering berkomentar kritis terhadap Presiden Joko Widodo.

Belum lama ini, Rocky menyebut tangan dan otak Jokowi tidak sinkron saat Presiden mengungkapkan pendapatnya, tentang pidato Prabowo, tuduhan PKI, dan hal bernuansa SARA lainnya.

Namun, Rocky kemudian menghapus kicauan itu. [tribun]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA