Rocky Gerung kagumi Haji Agus Salim 'Politik adalah Kecerdasan'

Rocky Gerung kagumi Haji Agus Salim 'Politik adalah Kecerdasan'

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Pakar filsafat Rocky Gerung namanya makin bergaung. Lewat twit-twitnya di media sosial dan penampilannya di ILC tvOne, pengajar filsafat UI selama 12 tahun ini mencerdaskan publik. (NB: Tentu tak berlaku bagi bong200).

Rocky Gerung mengajarkan kecerdasan dan bagaimana otak harus dipakai.

Ternyata salah satu rujukan Rocky Gerung adalah tokoh Islam pendiri bangsa ini, Haji Agus Salim.

Dalam satu tulisannya yang pernah dimuat Majalah TEMPO edisi 7 Juli 2014 berjudul 'Demagogi', Rocky Gerung memberi contoh kecerdasan politik Haji Agus Salim.

Berikut kutipannya:

"Demagogi"

Oleh: Rocky Gerung
(Majalah Tempo, 7 Jul 2014)

Debat bukan sabung ayam. Tapi kita telanjur menikmatinya begitu. Menunggu ada yang keok. Lalu bersorak, lalu mengejek. Hasrat ejek-mengejek inilah yang kini menguasai psikologi politik kita: mencari kepuasan dalam kedunguan lawan.

Debat adalah seni persuasi. Seharusnya ia dinikmati sebagai sebuah pedagogi: sambil berkalimat, pikiran dikonsolidasikan. Suhu percakapan adalah suhu pikiran. Tapi bagian ini yang justru hilang dari forum debat hari-hari ini. Yang menonjol cuma bagian demagoginya: busa kalimat. Pada kalimat berbusa, kita tak menonton keindahan pikiran.

Dalam suatu rapat politik, Haji Agus Salim, salah seorang pendiri negeri, berpidato memukau. Lawan politiknya datang mengganggu dengan meneriakkan suara kambing: embeeek… ­embeeek. Teriakan itu jelas untuk menghina. Janggut Agus Salim memang mirip janggut kambing. Rapat jadi gaduh. Caci-maki memenuhi ruangan.

Tapi Agus Salim tak terusik. Dengan tenang ia berbicara: “Maaf, ini rapat manusia. Mengapa ada suara kambing?” Rapat berlanjut, setelah gelak tawa meledak.

Politik adalah kecerdasan. Haji Agus Salim tak mengejek balik. Ia hanya memakai otaknya untuk membungkam lawan. Ia memberi pelajaran. Politik adalah pikiran. Bukan makian.

Negeri ini didirikan dengan pikiran yang kuat: bahwa kemerdekaan harus diisi dengan pengetahuan, agar anak negeri tak lagi dibodoh-bodohi oleh kaum pinter dari luar. Kebodohan mengundang penjajahan.[portalislam]

Sumber:
- tulisan lengkap:  LINK

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA