Praktik Primordial Mulai Kental di Pemerintahan Jokowi

Praktik Primordial Mulai Kental di Pemerintahan Jokowi

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Natalius Pigai

www.gelora.co - Mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai mengingatkan salah satu cara untuk membangun kembali peradaban Indonesia yang mengalami kemunduran adalah melalui pembangunan karakter bangsa.

Pigai menjelaskan upaya tersebut telah dirintis sebelum Indonesia merdeka dan ditegaskan kembali oleh Presiden Soekarno.

Namun sejak zaman Soeharto, proyek pembangunan karakter bangsa ini terhenti hingga sekarang. 

"Sebagai gantinya, muncul cara berpikir primordial, berdasarkan Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA) kian menguat dan menanggalkan keberagaman yang menjadi pondasi negara-bangsa, seperti Indonesia,," ujar Pigai dalam pesan elektronik yang diterima redaksi, Selasa (10/4).

Lebih lanjut Pigai mencontohkan praktik primordial tampak pada sosok presiden yang selalu berasal dari etnis Jawa yang mayoritas hingga sekarang. 

Bahkan dalam pemerintah Jokowi, praktik primordial masih digunakan. Sebagai contoh mayoritas pembantu presiden diisi kalangan berdarah Jawa. 

Menurut Pigai dalam perkembangannya, langkah tersebut menimbulkan resistensi di kalangan kelompok etnis lain terhadap suku Jawa. 

"Ada 28 orang Jawa dari 35 menteri dalam kabinet Jokowi," ujarnya.

Pigai menambahkan dengan iklim primordial yang belakangan ini kian mengental berdampak pada sulitnya untuk membangun Indonesia. 

Oleh karena itu, Pigai mengajak semua pihak untuk menempatkan Pancasila bukan sebagai pilar, tetapi pondasi negara sehingga seluruh kepentingan kelompok di negara ini dapat diakomodir dan menggerus pola pikir primordial yang lebih banyak mudarat daripada manfaatnya. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita