Pengamat Indo Barometer: Prabowo sedang tiru jurus Donald Trump saat Pemilu AS 2016

Pengamat Indo Barometer: Prabowo sedang tiru jurus Donald Trump saat Pemilu AS 2016

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Beberapa waktu terakhir, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, seringkali melontarkan ucapan kontroversial di hadapan publik. Pertama, dia menyebut Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Kemudian, dia menyebut 80 persen kekayaan negara dikuasai hanya satu persen golongan.

Pengamat Politik Indo Barometer, Muhammad Qodari, menilai perilaku Prabowo belakangan ini mirip dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ketika mengikuti Pemilu Presiden di negaranya tahun 2016 silam. Seakan, Prabowo saat ini sedang meniru cara yang dilakukan oleh Trump untuk memenangkan Pemilu Presiden.

"Saya kira, Pak Prabowo sedang meniru jurusnya Donald Trump pas pemilu Amerika 2016 itu retorikanya mirip sekali dengan Prabowo sekarang," ucap Qodari, Selasa (3/4).

Menurut Qodari, terdapat kesamaan narasi yang seolah dikonstruksikan oleh Ketua Umum Partai Gerindra tersebut dengan Donald Trump. Yakni menyebar pesimisme dan ketakutan bagi masyarakat.

Qodari mencontohkan, ketika itu, Donald Trump juga menyebar rasa pesimisme ke tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa Amerika tidak hebat lagi, Amerika dikalahkan oleh Tiongkok.

"Kemudian kalangan pekerja dipertentangkan dengan kelangan elite, hati-hati dengan kalangan imigran Meksiko, Islam. Itu kan mirip lah dengan kondisi sekarang," ujarnya.

Selain itu, lanjut Qodari, kemiripan lainnya terlihat karena keduanya merupakan bagian dari elite politik itu sendiri. Meskipun, keduanya kerap menyerang elite politik lainnya.

"Sebetulnya dia (Prabowo) sendiri bagian dari elite. Elite dari zaman dulu, dia adalah keluarganya Cendana. Si Donald Trump juga gitu bagian dari elite," katanya.

Qodari menuturkan, perilaku kedua tokoh itu seakan ingin menyentuh sisi emosi masyarakat. Dengan cara, menekankan hal-hal negatif yang ada pada pemimpin petahana saat ini. Sebagai tujuannya, guna menarik para pemilih untuk memilihnya.

"Jadi cara melawan petahana dengan mengatakan hal-hal jelek. Dengan asumsi bahwa, kalau masyarakat menilai (pemimpin) yang sekarang dan ke depan itu jelek, maka larinya akan ke penantang (oposisi). Itu sih saya kira teori yang dipakai. Yang sedang disentuh emosi atau faktor emosi," tuturnya.

Meskipun begitu, Qodari tidak dapat meramalkan apakah yang dilakukan Prabowo saat ini akan menjadi blunder bagi dirinya sendiri ataukah justru berhasil menaikan elektabilitasnya.

Namun, Qodari meyakini apa yang tengah dilakukan oleh Prabowo merupakan bagian dari strategi politik yang telah disiapkannya. Karena, melihat Donald Trump berhasil memenangkan kontestasi di sana.

"Ya, bagian dari dinamika politik, strategi politik, yang disiapkan oleh pak Prabowo. Jurus ini mau dipakai karena melihat Donald Trump dulu menang. Kita cek aja surveinya, belum ada surveinya soalnya. Ya untuk pastinya kita liat aja kedepan," jelas Qodari.[mdk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita