Pengamat: <i>Head to Head</i>, Jokowi Menang Lawan Gatot

Pengamat: Head to Head, Jokowi Menang Lawan Gatot

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menilai, prediksi politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil yang menyebut Prabowo bakal menunjuk Gatot  Nurmantyo sebagai capres dalam Pilpres 2019 baru sebatas perkiraan, kebenarannya belum pasti. 

"Prabowo memang masih bisa dipilih rakyat. Namun memang berat mengalahkan incumbent (Jokowi). Tapi jika incumbentnya banyak melakukan blunder. Bisa saja Prabowo yang menang," ujar Ujang kepada Harian Terbit, Senin (16/4/2018).

Namun jika memang Prabowo menunjuk Gatot sebagai capres, ujar Ujang, beban yang harus ditanggung Gatot berat. Karena mantan panglima TNI tersebut  elektabilitasnya tinggi untuk menjadi cawapres. Sementara untuk capres elektabilitas Gatot masih jauh dibawah Jokowi. Tidak heran jika Gatot head to head dengan Jokowi maka Jokowi yang akan menang untuk duduk sebagai RI 1.

"Head to head Jokowi bakal menang lawan Gatot," tegas Ujang yang juga Direktur Indonesia Political Review ini.

Adapun alasan Jokowi bakal menang lawan Gatot, ungkap Ujang, karena Jokowi saat ini adalah incumbent. Juga memiliki banyak sumber daya. Perlu diingat juga bahwa Jokowi memiliki kekuasaan dengan jabatannya sebagai Presiden. Sehingga lembaga dibawahnya akan tunduk terhadap Jokowi.

"TNI, Kepolisian, Kejaksaan dibawah Jokowi. Partai-partai juga banyak di blok Jokowi. Bahkan petinggi partai banyak yang berebut ingin menjadi cawapresnya Jokowi. Tapi catatannya, Jokowi tidak membuat blunder politik," paparnya.

Logistik

Sementara itu peneliti dan pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie mengatakan, bisa saja terjadi prediksi yang disampaikan Nasir Djamil terwujud. Alasanya Gatot memiliki logistik yang kuat. Hal ini berbalik dengan Prabowo yang jumlah logistiknya agak menurun. Apalagi Hasyim, adik Prabowo sang donatur juga belum menyatakan kesiapannya mengucurkan anggaran.  "Belum lagi Gerindra butuh PKS. Bisa saja PKS mendukung Gatot," papar Jerry.

Namun, sambung Jerry, untuk mewujudkan Gatot sebagai capres maka Prabowo harus bersaing dengan PKB yang juga kepincut untuk mengusung Gatot sebagai capres di Pilpres 2019. Karena PKB berencana memasangkan Gatot - Cak Imin. Saat ini figur dan partai penantang Jokowi sedang meramu strategi agar bisa menyalip Jokowi untuk bersaing dalam Pilpres 2019 mendatang.

"Kalau lihat hubungan politik Gerindra-PKS bisa saja terwujud (Gatot diusung untuk capres 2019). Apalagi keduanya telah kawin politik sejak 2014 lalu bahkan sebelum itu," jelasnya.

Jerry mengakui, jika pun Gatot maju sebagai capres belum tentu mengantongi banyak suara dari rakyat. Apalagi elektabilitas Gatot masih sangat jauh dibawah Prabowo apalagi Jokowi. Namun dalam Pilpres 2019 mendatang kurang ramai jika Jokowi tanpa penantang lainnya. Sehingga dalam Pilpres nanti Prabowo bergaya figther dan Jokowi Boxer. "Gatot masih harus berjuang keras agar bisa diterima publik," jelasnya.

Politisi PKS Nasir Djamil memprediksi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto tak akan maju sebagai calon presiden ( capres) di Pemilu 2019. "Ini pendapat pribadi saya, bahwa saya tidak begitu yakin tiket Gerindra itu akan digunakan oleh Prabowo," kata Nasir di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/4/2018). 

Sebab, kata Nasir, berdasarkan data beberapa lembaga survei, elektabilitas Prabowo cenderung stagnan sehingga tentunya akan menjadi perhatian Gerindra jika ingin memenangkan Pilpres 2019. Nasir menilai mandat yang diberikan Gerindra kepada Prabowo untuk maju sebagai capres dan diterima oleh mantan Komandan Jenderal Kopassus itu tidak serta merta menandakan kepastian untuk maju. [htc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita