Ketum GP Ansor Berharap Kiai Bimbing Sukmawati, Bukan Buru-buru Lapor Polisi

Ketum GP Ansor Berharap Kiai Bimbing Sukmawati, Bukan Buru-buru Lapor Polisi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas menilai pemilihan diksi di puisi 'Ibu Indonesia' karya Sukmawati Soekarnoputri tidak tepat. Salah satunya terkait membandingkan azan dengan kidung.

"Puisi ibu Sukmawati memang kontroversial. Apalagi di tengah masyarakat yang sedang mengalami gairah Islamisme demikian kuat. Saya menduga, Sukmawati hanya ingin mengatakan bahwa kita ber-Indonesia itu harus utuh, tidak mempertentangkan antara agama dan kebudayaan," kata Yaqut kepada detikcom, Selasa (3/4/2018).

"Menggunakan azan sebagai pembanding langgam kidung tentu bukan pilihan diksi yang baik," imbuhnya.

Yaqut meminta Sukma menjelaskan apa maksud dari puisinya itu agar tidak terjadi salah paham dari masyarakat yang mendengar puisi karya Sukma tersebut. Ia berharap masyarakat mendengar penjelasan dari Sukma dan tidak langsung melaporkan kejadian ini ke polisi.

"Hal ini lebih bijak daripada tiba-tiba melaporkan ke polisi, seolah-olah merasa paling tersakiti atau merasa mewakili umat Islam secara keseluruhan," ucapnya.

Selain itu, Yaqut juga berharap para kiai memanggil Sukma jika memang puisi yang dibuatnya itu dinilai keliru. Pemanggilan oleh para kiai itu untuk memberi bimbingan dan nasihat kepada Sukma.

"Saya berharap, jika memang puisi Sukmawati dianggap keliru, para kiai turun tangan, panggil Sukmawati, nasehati dan berikan bimbingan. Bukan buru-buru melaporkan ke polisi. Langkah ini menurut hemat GP Ansor akan lebih bijaksana dan efektif meredam kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu," ucap Yaqut.

Sebelumnya, Sukma telah angkat bicara mengenai puisi yang dipersoalkan. Menurut Sukma, tidak ada unsur SARA dalam puisi yang dibacakannya pada acara memperingati 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di ajang Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Center, Rabu (28/3) lalu.

"Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam saya mengarang puisi. Saya sebagai budayawati berperan bukan hanya sebagai Sukmawati saja, namun saya menyelami, menghayati, khususnya ibu-ibu di beberapa daerah. Ada yang banyak tidak mengerti syariat Islam, seperti di Indonesia timur, di Bali, dan daerah lain," jelas Sukmawati, Senin (2/4).

Namun, penjelasan Sukma itu tak menahan sejumlah pihak untuk melaporkannya ke pihak kepolisian. Hingga saat ini setidaknya ada 3 laporan terkait puisi Sukma tersebut, 1 laporan di Polda Jatim dan 2 laporan di Polda Metro Jaya. [dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita