Kembali usung Prabowo, Gerindra belajar dari kekalahan Pilpres 2014

Kembali usung Prabowo, Gerindra belajar dari kekalahan Pilpres 2014

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah bersedia maju sebagai calon presiden 2019. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan partainya akan menyiapkan strategi untuk memenangkan Prabowo. Salah satunya belajar dari kesalahan di Pilpres 2014 lalu.

"Kami punya pengalaman berhadapan dengan Pak Jokowi di tahun 2014. bagaimana Pak Jokowi juga punya pengalaman berhadapan dengan Pak Prabowo dan kami punya banyak catatan. Sehingga catatan itu yang akan kami buka kembali," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/4).

Terkait dengan elektabilitas Prabowo yang tertinggal jauh dari rivalnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gerindra tidak khawatir. Ia yakin Mantan Danjen Kopassus itu akan berhasil mengejar ketertinggalan elektabilitas yang disebut sejumlah lembaga survei berada cukup jauh di bawah Jokowi.

"Tahun 2014 ketika Pak Jokowi dengan Pak Prabowo akan berhadapan, 'gap' yang sama terjadi. Pak Jokowi jauh di atas Pak Prabowo sehingga kami berjuang keras ketika itu saudara-saudara tahu pertarungan itu sengit nyaris dua-duanya. Jadi saya kira itu terjadi," ungkapnya.

Menurut Wakil Ketua MPR itu, Gerindra selalu punya cara untuk menaikkan elektabilitas calon yang mereka usung. Baik dalam Pilpres ataupun Pilkada. Dia mencontohkan saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2012.

Kala itu, Gerindra yang bersama PDIP mengusung Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama disebut kalah jauh dari segi elektabilitas oleh Fauzi Bowo (Foke) dan Nachrawi Ramli. Namun, kenyataannya, Pilkada DKI dimenangkan oleh Jokowi dan Basuki.

Dia juga mencontohkan saat Pilkada DKI 2017. Pasangan yang diusung yaitu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno diyakini bakal kalah dari Basuki (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

"'Gap'-nya jauh antara Pak Jokowi dengan Foke. Kami juga punya cara bagaimana memenangkan Pak Jokowi. Termasuk Anies Baswedan (saat Pilkada DKI 2017) , 'gap'-nya jauh dengan Ahok," ucapnya.

"Kami juga punya cara memenangkan Anies. jadi cerita itu biasa dalam sebuah pilkada dan Pilpres. bukan sesuatu yang mengerutkan dahi," ujarnya.[mdk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita