Gerindra : Prabowo Telanjang Dada Spontan, Jokowi Bertinju & Bermotor Pencitraan

Gerindra : Prabowo Telanjang Dada Spontan, Jokowi Bertinju & Bermotor Pencitraan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp
www.gelora.co - Wasekjen Gerindra Andre Rosiade membantah soal aksi Prabowo Subianto bertelanjang dada dan diarak usai acara rapat koordinasi nasional (rakornas) di Hambalang, Bogor, Rabu (13/4) lalu, untuk menyita perhatian publik. Menurut Andre, aksi itu spontanitas untuk semangat para kader.

"Tidak benar pak Prabowo cari perhatian publik dengan bertelanjang dada. Itu kan acara rakornas kemarin kan acara tertutup, dan video pak Prabowo diambil secara candid, bukan disengaja," ujar Andre saat dihubungi merdeka.com, Jumat (13/4).

"Dan aksi pak Prabowo itu spontan bukan di setting dan di rencanakan, spontanitas pak Prabowo sebagai soliditas kader-kadernya yang mengangkat beliau kader-kadernya kan bertelanjang dada semua. Enggak direncanakan," imbuhnya.

Andre justru membandingkan perilaku Presiden Joko Widodo yang mengendarai motor chopper dan olahraga tinju. Dia menilai aksi dilakukan Jokowi bentuk pencitraan ke publik.

"Aksi pak Jokowi yang jadi petinju terus naik motor chopper yang memang di setting dan untuk mencari perhatian publik. Saran kami partai Gerindra kepada pemerintah, pak Jokowi gak perlu melakukan hal itu lagi karena beliau itu bukan calon Presiden tapi udah jadi Presiden," ujarnya.

Andre menyarankan sebaiknya Jokowi lebih tepat melakukan hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Dia juga menyinggung soal maraknya tenaga kerja asing dan impor beras.

"Jadi lebih baik pak Jokowi cari perhatian rakyat dengan membuat kebijakan yang pro rakyat, bukan pencitraan semata seakan akan beliau merakyat tapi kebijakan ya tidak pro rakyat. Misal semakin marak tenaga kerja asing dari Tiongkok sampai impor beras sampai petani lagi panen," tukasnya.

Lebih lanjut, Andre juga menyindir strategi pencitraan mantan Gubernur DKI Jakarta itu yang masuk ke got dan mencuri perhatian publik pada 2013 lalu. Menurutnya, jurus itu sengaja dilakukan supaya misi Jokowi mudah untuk menjadi Presiden.

"Pertama kan pak Jokowi pada 2013 lalu, pas jadi Gubernur membangun pencitraan dari Gubernur untuk menjadi Presiden masuk got, Presiden gak butuh itu lagi, yang dibutuhkan Presiden kerja kongkrit, membuat kebijakan pro rakyat dan tidak pencitraan," tandas Andre. (ma)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita