Tiong Ham 'God Father Semarang' Kuasai Bisnis Narkoba Masa Lampau

Tiong Ham 'God Father Semarang' Kuasai Bisnis Narkoba Masa Lampau

Gelora News
facebook twitter whatsapp

Oei Tiong Ham

www.gelora.co - Jangan mau jadi orang biasa-biasa saja, kita mesti menjadi orang yang nomor satu.

Demikian ucapan Oei Tiong Ham sebagaimana ditulis sang putri, Oei Hui Lan dalam bukunya No Feast Last Forever (Tidak ada pesta yang tak berakhir).

Jejak kekayaan Oei Tiong Ham, orang Semarang terkaya se Asia Tenggara di era kolonial saat ini sudah jarang terlihat. Hanya bangunan tua yang tersebar di Kota Semarang yang disinyalir bekas milik konglomerat berdarah tionghoa itu.

Salah satu yang masih berdiri kokoh tentu bangunan tua di Jalan Kyai Saleh yang sekarang jadi Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berawal dari candu kemudian menjadi raja gula Asia.  Kisah perjalanan Tiong Ham sedikit dituturkan Ketua komunitas Lopen, Muhammad Yogi Fajri kepada RMOL Jateng. Ia bercerita, awal mula kekayaan Oei Tiong Ham berasal dari bisnis impor candu atau opium.

"Oei Tiong Ham adalah putera dari Oei Tjie Sien, pengusaha kaya dari Semarang yang salah satu hasil kekayaannya didapat karena menjadi pachter candu," kata Yogi.

Apa itu pachter candu? Ia menjelaskan, profesi itu adalah importir narkoba jenis opium yang secara resmi mendapatkan hak dari pemerintah kolonial kala itu.

Di era itu candu begitu populer. Sama seperti era saat ini, candu menyeluruh hingga kelapisan masyarakat paling bawah. Tiong Ham salah satu orang yang mengeruk banyak keuntungan dari pachter candu. Berkat kedekatannya dengan para petinggi saat itu, Tiong Ham leluasa menjalankan bisnis candunya.

Namun, pundi-pundi harta pria yang lahir di Semarang 1866 silam itu tidak selamanya dari dunia candu.Setelah bisnis candu dilarang, Oei Tiong Ham melalui perusahaan yang dirintis ayahnya yakni NV. Kian Gwan berekspansi ke produk agrikultur, utamanya gula. Bisnis ini yang kelak menjadikannya dikenal sebagai raja gula.

Oei Tiong Ham pun mengembangkan konglomerasi dengan membuat perusahaan-perusahaan lain yang menunjang usahanya, seperti perbankan (Oei Tiong Ham Bankvereeniging), pergudangan (NV Midden Java Veem), ekspedisi laut (NV Heap Eng Moh Steamship Co.), dsb.

Semasa hidupnya, lanjut Yogi, sosok Raja Gula itu dikenal tidak memihak pribumi ataupun Belanda. "Mungkin  lebih ke orang tionghoanya ya, Beliau salah satu donatur utama pergerakan tionghoa, Tiong Hwa Hwe Kwan (THHK)," ujarnya.

Singkat cerita, lambat laun bisnis NV Kian Gwan mulai menurun hingga pada 1961 diputus bersalah dalam dakwaan penggelapan pajak tahun 1961. Semua asetnya, termasuk yang pribadi dinasionalisasi, dan kini dimiliki oleh BUMN, PT Rajawali Nusindo.

Pemerhati Sejarah Semarang, Jongkie Tio, juga mengatakan paska Indonesia merdeka, tahun 1961, banyak aset Oei Tiong Ham yang diambil-alih oleh Pemerintah Indonesia pada masa itu. Saat ini, katanya, hanya tersisa beberapa bangunan yang masih berdiri.

Contohnya, lanjut dia, di sebelah Purnomo Musik, katanya dulu merupakan rumah utama Oei Tiong Ham. Selain itu, di pojokan Jalan Kiai Saleh, dan di Simongan.

"Dulu yang di Simongan itu saya sering ke sana tahun 70-an. Rumah itu sangat bagus, itu rumah ayahnya. Di salah satu balkon rumah itu, bisa melihat langsung Pelabuhan Semarang," terang Jongkie Tio.

Menurut Jongkie, Oei Tiong Ham adalah pengusaha tulen dan selalu mendekati penguasa. Bahkan, Tiong Ham sangat kenal dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jakarta. 

"Dia orang tionghoa yang tidak tinggal di Pecinan. Dia mengenakan baju dan bergaya Eropa. Sangat elegan, saat itu," kata Jongkie.

Jongkie Tio menambahkan, hingga saat ini, keturunan Oei Tiong Ham masih ada di Indonesia. Terutama keturunan dari istri berdarah jawa. Kata dia, keturunan Oei Tiong Ham membuka usaha restoran di Jakarta, dan beberapa tempat lainnya.

"Selain itu, ada juga yang di Malang. Dia menyimpan ratusan benda milik kakeknya itu," ungkap dia.

Tak hanya itu, salah satu keturunan Oei Tiong Ham juga berada di Thailand, namanya, Oei Tjiong Bo. Menurut Jongkie, Oei Tjiong Bo meneruskan usaha keluarga Oei Tiong Ham di Thailand.

"Kalau tidak salah bisnisnya bidang developer. Katanya sampai ke Cina juga. Kalau yang di Semarang sendiri tidak terlalu jelas posisinya," imbuhnya.

Jongkie juga menceritakan, Oei Tiong Ham, selain memiliki usaha gula juga memiliki usaha pengembang. Dulu, Jongkie gemar menanam pohon Trembesi di halaman depan rumah yang dibangun dia.


"Salah satunya di Restoran Semarang. Perusahaan dia yang bangun di sini dulu. Jadi, dia tidak kaya hanya lewat gula, namun ada usaha lainnya juga bahkan hingga luar negeri," papar dia. [rmol]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA