Terkejut Dengar Pemberitaan Dirinya soal Cawapres, Mahfud MD: Saya Tidak Ingin, Bukan Tidak Bersedia

Terkejut Dengar Pemberitaan Dirinya soal Cawapres, Mahfud MD: Saya Tidak Ingin, Bukan Tidak Bersedia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Meski pemilihan presiden masih akan dijalankan pada tahun 2019 mendatang, namun suasana tarik ulur pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah sangat terasa.

Hal ini juga lah yang dirasakan oleh Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD.

Dilansir dari akun Twitternya, Mahfud MD mengklarifikasi isu yang beredar.

 "Pagi ini terasa segar mendengar kicau burung di rumah Yogya. Di medsos ramai cuat-cuit tentang kesediaan saya menjadi cawapres seperti banyak diberitakan kemarin sore.

Sebenarnya jawaban saya tentang pencawapresan sama dengan jawaban-jawaban sebelumnya tapi entah mengapa yang sekarang jadi viral.

Kemarin siang saya ada pertemuan BPIP dengan Pimpinan MPR. Di depan pintu dicegat dengan pertanyaan, apakah sy bersedia menjadi cawapres seperti yang muncul di dalam radar analisis dan survai-survai.

Jawaban saya konsisten yakni "Saya tidak ingin tetapi bukan tidak bersedia jadi cawapres"

Saya tidak pernah menawarkan diri untuk menjadi cawapres, misalnya, tidak memasang baliho, tidak meminta dimasukkan ke dalam survai, bahkan tidak melobi kepada parpol.

Itu artinya saya tidak ingin. Tetapi tidak ingin bukan berarti tidak mau. Kalau mengatakan tidak mau itu sombong.

Ketika ditanya pers, bagaimana sikap saya dengan masuknya nama saya ke bursa cawapres untuk mendampingi Pak Jokowi maka saya jawab, "Alhadulillah dan terimakasih, nama sy masuk. Berarti demokrasi makin maju sebab di luar opini dan survai mainstream masih bisa muncul nama lain.
Maksud saya kita perlu bersyukur.

Meski banyak dikritik demokrasi pasca reformasi sudah ada kemajuan yakni bisa memunculkan capres-cawapres dari bawah.

Sebelm reformasi tak mungkin ada calon muncul dari bawah dan tak ada angka-angka survai karena calon dan pemenangnya sudah direkayasa.

Ketika ditanya pers, apa sdh ada komunikasi dgn parpol-parpol maka saya jawab, ya, sdh ada komunikasi informal.

Istilahnya saling bergurau melempar bola politik untuk coba2. Komunikasi formal tidak ada.
Apa saya bersedia jd cawapres?. Jawaban saya tetap, "saya tidak ingin tapi bukan tidak mau".
Atas jawaban "tidak ingin tapi tak mau" itu ada wartawan yang menyeletuk, "Kok jawabannya bersayap, artinya bersedia, kan?".

Mau menjawab bagaimana lagi? Itulah sikap saya. "Kalau bilang ingin saya bisa dinilai tak tahu diri tapi kalau bilang tidak mau bisa dinilai sombong dan tak nasionalis".

Dikabarkan sebelumnya, Mahfud sempat digadang sebagai wakil ideal Jokowi.

Namun, Mahfud mengaku hanya menyerahkan sepenuhnya terhadap mekanisme yang ada di masing-masing parpol serta Jokowi sendiri.

Sebab, kata Mahfud, pada akhirnya yang memutuskan siapa cawapres bagi Jokowi ialah partai koalisi pemerintahan dan Jokowi.

Selain itu, Mahfud juga mempersilahkan kepada partai-partai mengolah namanya sebagai cawapres Jokowi.

Penilaian ideal ini dikemukakan oleh Koordinator Divisi Korupsi Politik ndonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz.

Donal menilai, Mahfud memenuhi tiga syarat capres dan cawapres yang ideal menurut ICW.
Kriteria tersebut, yakni harus sosok bersih dan negarawan, memiliki visi penegakan hukum dan demokrasi yang kuat dan konsisten, berani melawan mafia hukum dan mafia bisnis. [tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita