Mike Pompeo, Menlu Baru AS yang Sentimen Terhadap Islam

Mike Pompeo, Menlu Baru AS yang Sentimen Terhadap Islam

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan langkah mengejutkan dengan memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson. Untuk mengisi posisi itu, Trump menunjuk Direktur CIA Mike Pompeo.

Drama pemecatan ini adalah puncak dari ketegangan antara Trump dan Tillerson dalam beberapa bulan terakhir. Tillerson kerap terlibat cekcok dengan Trump terkait politik luar negeri. Bahkan Tillerson pernah menyebut Trump "bodoh" dalam sebuah wawancara.

Menggantikan Tillerson adalah Pompeo, pria 54 tahun yang sudah malang melintang di dunia politik. Dikutip Reuters, Selasa (13/3), sebelum ditunjuk Direktur CIA oleh Trump pada Januari 2017, dia adalah anggota Kongres untuk Tea Party Movement, gerakan ultra-konservatif di Partai Republik.

Pompeo dikenal satu kepala dengan Trump. Berbagai pandangan pria 54 tahun ini sejalan dengan kebijakan dan sikap yang ditunjukkan Trump sejak kampanye presiden 2016. Salah satunya adalah sentimennya terhadap Islam.

Pada 2013, dua bulan setelah pengeboman di Boston Marathon, Pompeo berpidato di Kongres, menuduh para pemuda agama Islam AS gagal mencegah serangan "ekstremis".

"Diamnya para pemimpin Islam di seluruh Amerika menunjukkan mereka kemungkinan terlibat dalam aksi ini," kata Pompeo saat ini.

Bahkan saat itu Pompeo menuding pemerintah Barack Obama menganggap enteng "perang terhadap teroris Islam radikal."


Menyandingkan kata Islam dengan teroris atau ekstremis pantang dilakukan pemerintah Obama kala itu. Sikap yang sama diambil Hillary Clinton pada pemilu 2016. Menurut mereka Islam tidak identik dengan ekstrem dan teroris, sehingga menggabungkan kata itu hanya memicu kemarahan.

Tapi tidak dengan Trump. Dia berkali-kali mengatakan "ekstremis Islam" dan "teroris Islam", senada dengan Pompeo.

Kesamaan lainnya antara Trump dan Pompeo adalah pada sikap mereka terkait metode penyiksaan interogasi tahanan, termasuk menggunakan waterboarding. Pompeo mengkritik pemerintah Obama yang menutup penjara rahasia untuk menginterogasi tersangka teroris di luar negeri.

Komentar Pompeo itulah yang disebut memotivasi Trump memilih Pompeo menjadi direktur CIA. Trump sebelumnya pada pemilu 2016 juga menyampaikan hal yang sama. Dia berjanji akan kembali menggunakan waterboarding bahkan "jauh lebih buruk dari itu".

Soal penjara Guantanamo, Pompeo dan Trump juga seirama. Keduanya ingin penjara khusus teroris itu tetap dibuka. Padahal, penutupan Guantanamo adalah salah satu visi utama pemerintahan Obama yang hingga kini tidak terwujud.

"GTMO (Guantanamo) adalah ladang emas intelijen untuk mengungkap terorisme Islam radikal," kata Pompeo.

Sebagian besar dari 41 tahanan di Guantanamo dari negara-negara Timur Tengah tidak pernah diadili. Sebanyak 31 orang dipenjara tanpa batas waktu yang jelas, lima di antaranya direkomendasikan dipindah ke penjara lain jika syarat terpenuhi.

Menurut Corey Saylor, mantan direktur lembaga pengawas Islamofobia, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), penunjukkan Pompeo tidak akan membuat Amerika lebih baik.

"Penunjukkan Pompeo hanya melanjutkan kebijakan-kebijakan bermasalah yang dikeluarkan pemerintah Trump," kata Saylor dikutip dari Al Jazeera. [kmp]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita