Aku Pernah Agnostik dan Tiga Halaman Pertama yang Bikin Aku Menangis

Aku Pernah Agnostik dan Tiga Halaman Pertama yang Bikin Aku Menangis

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Aku dulu sangat tidak memperhatikan agama, lebih jatuh cinta dengan sains. Sampai aku benar-benar meninggalkan agama.

Aku senang travelling dengan ngobrol dengan semua orang yang kutemui. Salahnya, orang-orang yang aku temui agnostik (orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi (misalnya Tuhan) tidak dapat diketahui dan mungkin tidak akan dapat diketahui) maupun ateis (orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan). Pola pikir aku pun terarah ke sana. Referensi yang aku dapatkan dengan kepercayaan mereka. Misalnya ke museum, aku seperti percaya saja dengan teori evolusi. Padahal itu sekadar teori saja.

Aku mulai agnostik. Tidak memiliki jati diri sebagai manusia.

Setelah aku menikah, aku tetap bukan tipe yang relijius. Dan semua mengarahkanku. Tidak dengan cara memaksa. Karena ia tahu karakter aku, kalau aku dipaksa, aku semakin menolak.

Karena diarahkan pelan-pelan, aku mulai belajar dari awal lagi. Mulai dari sholat, pokoknya konsep-konsep dasar dalam agama Islam. Sampai akhirnya aku merasa, aku tidak mau menzalimi aku terus-terusan, terlarut dengan kehidupan duniawai. Sampai aku menemukan quality time aku dengan dengan Penciptaku.



Aku berjalan-jalan ke toko buku karena aku suka baca novel, pencipta literatur. Kebetulan di rak best seller, judulnya yang bikin aku menarik. "Alquran dan Sains: Agama di Mata Sains". Aku pun membeli buku tersebut.

Tiga halaman pertama yang bikin aku menangis mewek. Ternyata selama ini yang aku pelajari itu salah. Referensi aku tentang agama selama ini itu salah. Semenjak itu, aku meyakini Islam adalah satu-satunya agama yang tidak pernah bertentangan dengan ilmu pengetahuan alam. Banyak hal-hal yang saat ini, mungkin belum bisa jelaskan, aku yakin ke depannya arah ilmu pengetahuan itu akan membuka dan mencerahkan kita.

Sampai akhirnya, pernah berpikir "ya udahlah hijabin hati dulu". Tapi kemudian seakan membuat aturan sendiri padahal Sang Pencipta memiliki aturan. Ya udahlah akhirnya aku mengikuti kewajiban seorang muslimah dengan berhijab.

Dikisahkan Ratna Galih, akhir 2017 lalu [bdn]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA