Jokowi Permainkan Emosi Rakyat, Berunding Dengan Maling (IMF)

Jokowi Permainkan Emosi Rakyat, Berunding Dengan Maling (IMF)

Gelora Media
facebook twitter whatsapp
www.gelora.co - Kegagalan IMF dalam membantu negara-negara yang terkena krisis sebenarnya sudah dapat dianalisis oleh salah seorang ekonom Barat, Paul Krugman sejak tahun 1994.

Krugman memperingatkan bahwa ada dua keterbatasan IMF untuk dimintai pertolongan, yaitu modal dana dan modal politik. 

Sedangkan keterbatasan politik juga dapat dilihat dari tingkah IMF untuk menekan Indonesia dengan LOI (letters of Intent). Sekretaris Jenderal Prodem, Satyo Purwanto mengatakan, langkah politik ini karena IMF jauh lebih mengutamakan kepentingan negara kreditor, daripada 'kesehatan' negara-negara yang sedang diobati/mengalami krisis.

Satyo menegaskan, pengetatan anggaran atau austerity yang dilakukan antek neoliberal Sri Mulyani, merupakan resep IMF yang sudah terbukti gagal di beberapa negara Eropa, ketika krisis ekonomi baru-baru ini. Di negara-negara Eropa yang sedang terlanda krisis austerity dipaksakan oleh Troika (Bank Dunia, IMF, dan Uni Eropa).

"SMI dan Darmin Nasution pun menerapkan hal yang sama, memposisikan Indonesia dalam perangkap utang, dalam jumlah lebih besar, dalam tiga tahun terakhir yang berakibat malah semakin memperburuk perekonomian dalam negeri Indonesia," terang Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/2).  

Ia menengarai kedatangan IMF kemarin justru untuk menyukseskan agenda sidang tahunan lembaga pinjaman dunia itu pada Oktober 2018 mendatang dan memastikan Indonesia masih dalam cengkraman neoliberalisme. 

"Anggaran yang disediakan pemerintah pun fantastis sekira 800 milliar lebih, sungguh tragis ketika masih besarnya ketimpangan orang miskin dan orang kaya yang semakin melebar dan tidak ada keadilan ekonomi bagi sebagian besar rakyat Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, Jokowi dan tim ekonominya sedang mempermainkan emosi rakyat Indonesia. 

"Sama saja 'sedang berunding dengan maling' IMF dan lembaga donor international lainnya ibarat maling bagi bangsa Indonesia, memberi tidak seberapa tetapi mengambil lebih banyak aset aset berharga bangsa Indonesia," tukasnya. (rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita