Meng-AniesSandi-kan Sudrajat-Syaikhu

Meng-AniesSandi-kan Sudrajat-Syaikhu

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Empat bulan pertama kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta patut diacungi jempol. Tak cuma memenuhi janji-janji kampanye, lebih dari itu kebijakan pembelaan dan keberpihakan kepada rakyat jelata kental terasa. Menjadikan jabatan dan kekuasaan untuk tindakan amar ma'ruf nahi munkar benar-benar dibuktikan. 

Penutupan Alexis, penolakan reklamasi, program pemberdayaan ekonomi OKE OCE, dan pembentukan KPK Balai Kota adalah serangkaian manuver hebat dan berani sang gubernur, yang mendulang simpati dan dukungan publik. Ini Gubernur bercita rasa Presiden. Rakyat Jakarta layak bangga.

Kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta sesungguhnya menjadi portofolio bagi PKS dan Gerindra sebagai pengusung utama pasangan ini. Bagi PKS-Gerindra komitmen menghadirkan pasangan cagub-cawagub berkualitas, anti korupsi, dan pro rakyat adalah harga yang tak bisa ditawar. Penggantian rezim berkuasa pun sudah didengungkan secara terang-terangan oleh PKS di ajang pilpres 2019 nanti. Koalisi PKS-Gerindra plus PAN untuk memenangkan calon bersama di lima wilayah pemilihan gubernur pada pemilukada serentak 2018 menjadi ujian dan tantangan tersendiri bagi koalisi partai reformis ini menuju suksesi kepemimpinan nasional 2019.

Dinamika pilgub Jawa Barat termasuk isu yang paling seksi di tahun politik ini. Jawa Barat diperebutkan partai-partai besar, bagaimana mereka sekuat tenaga dan segenap sumberdaya memenangkan calonnya masing-masing. Ini wilayah potensial sebagai penyumbang suara besar di pemilu.

Bagaimana peluang Sudrajat-Syaikhu? Memang tak mudah. Lawan yang dihadapi juga tak ringan. Dedi Mizwar sang petahana, Ridwan Kamil Walikota Bandung, dan satu calon lagi yang diusung PDIP partai penguasa. Meski tak mudah, tapi peluang menang Sudrajat-Syaikhu tetap ada. Optimisme kemenangan selalu terbuka. Meminjam istilah Anies Matta, memompa semangat kader PKS, mewujudkan kemenangan pilkada di lapangan harus dimulai dari keyakinan kemenangan di hati setiap kader.

Namun mesti disadari oleh koalis PKS-Gerindra-PAN, bahwa kondisi dan situasi pilgub DKI Jakarta tak bisa serta merta disamakan dengan dinamika politik yang akan terjadi di Jawa Barat. Di ibukota, PKS-Gerindra (plus PAN di putaran ke dua) dan didorong oleh komponen ummat Islam dalam gerakan moral 212 memang mampu menciptakan situasi dan semangat "pertempuran" head to head cagub muslim versus cagub non-muslim. Tapi isu agama tak akan efektif dan tak akan terjadi di Jawa Barat, begitu analisis politik Eep Saefullah Fattah.

Pun berbeda dinamika politik Jakarta dan Jabar, koalisi tiga partai ini masih bisa menduplikasi beberapa instrumen "perang" kemenangan Anies-Sandi untuk kemenangan Sudrajat Syaikhu di Jawa Barat.

Ibarat perang, Jawa Barat sebagai wilayah tetangga DKI Jakarta, maka bau mesiu sisa-sisa pertempuran di Jakarta masih terasa di Jawa Barat. Terlebih Jabar menjadi suplier terbesar rombongan gerakan 212 di Monas. Bahkan militansi para mujahid pejalan kaki puluhan dan ratusan kilometer yang meramaikan aksi 212 waktu itu mayoritas bersumber dari kantong-kantong Jawa Barat. Perpaduan yang efektif antara koalisi tiga partai dan komunitas 212 di Jawa Barat sangat memungkinkan untuk menjadikan jagoannya, Sudrajat-Syaikhu, melanjutkan kepemimpinan Gubernur Ahmad Heriawan. Sinyal ini terlihat dengan kehadiran Aa Gym sebagai pentolan 212 saat deklarasi pasangan yang diusung oleh PKS-Gerindra-PAN ini. 

Strategi meng-AniesSandi-kan Sudrajat-Syaikhu sedang dirancang. Maka, memori publik patut disadarkan dan diingatkan kembali.

Pertama, bahwa sejarah kemenangan Anies-Sandi adalah sejarah keharmonisan dua sejoli PKS-Gerindra. Dua partai ini berjuang dan berkorban habis-habisan melawan petahana Ahok yang didukung partai-partai besar berkuasa, serta ditopang kekuatan Istana dan taipan 9 naga tersembunyi. Kini koalisi partai pengusung Anies-Sandi terduplikasi di pilgub Jabar dimana PKS-Gerindra plus PAN kembali berkoalisi untuk kali ini mengusung pasangan Sudrajat-Syaikhu.

Duplikasi kemenangan Anies-Sandi untuk Sudrajat-Syaikhu semestinya lebih mudah bagi koalisi tiga partai pengusung. Fakta membuktikan, Jawa Barat adalah lumbang suara PKS. Ahmad Heryawan yang kader PKS sukses menjadi gubernur Jabar dua periode. Tak cuma sekedar menjabat gubernur, bahkan dengan sederet prestasi dan segudang penghargaan keberhasilannya memimpin Jawa Barat.

Kedua, sejarah kemenangan Anies-Sandi adalah sejarah kelegowoan seorang kader PKS, Mardani, yang gagal menempati posisi cawagub. Meski tak jadi, Mardani tak berkecil hati, malah menerima dengan lapang dada saat didapuk sebagai ketua timses Anies-Sandi. Mardani tetap all out mengerahkan seluruh sumberdaya kader dan struktur partai berjuang memenangi pasangan itu.

Ketiga, sejarah kemenangan Anies-Sandi juga adalah sejarah kerendahan hati dan pengorbanan PKS merelakan bongkar pasang calon dari Sandi-Mardani menjadi Anies-Sandi. Ini pengorbanan besar PKS untuk Jakarta. Pengorbanan PKS untuk ummat, bangsa, dan negara. Seluruh rakyat Indonesia, warga Jakarta khususnya, tak boleh lupa.

Keempat, sejarah kemenangan Anies-Sandi juga adalah sejarah kecerdasan dan kekuatan naluri politik Prabowo dalam menerawang dan merespon dinamika politik ibukota. Memunculkan Anies mendampingi Sandi, tawaran politik yang tak terpikirkan banyak orang saat itu. Hebatnya, dua kali pilgub Jakarta berturut-turut dimenangkan oleh pasangan calon hasil ramuan sang jendral. Siapapun mengakui bahwa sukses Jokowi-Ahok dan Anies-Sandi adalah produk tangan dingin politik Prabowo. Hal yang sama terjadi di Jawa Barat, dimana Prabowo secara tiba-tiba mengajukan Jendral (purn) untuk disandingkan dengan Syaikhu.

Kelima, tak boleh dilupakan juga, bahwa sejarah kemenangan Anies-Sandi adalah sejarah perjuangan dan pengorbanan ulama dan ummat Islam, yang berada dalam gerbong gerakan moral 212. Ketegasan fatwa MUI terhadap Ahok penista agama. Kegigihan Habib Rizieq Syihab memimpin kampanye "jangan pilih pemimpin kafir". Kesabaran dan pengorbanan Ustadz Arifin Ilham yang sempat terluka terkena tembakan saat turun demo bersama ummat dalam aksi bela Islam. Tak kalah heroiknya adalah kesungguh-sungguhan ummat memenuhi panggilan jihad untuk bela Islam dan bela ulama. Datang ke Jakarta dengan berjalan kaki ratusan kilometer, saling berbagi makanan dan minuman, mencarter pesawat terbang, hingga tak gentar dengan hadangan polisi di perbatasan. Pengorbanan yang tak sia-sia dan sungguh luar biasa.

Semoga publik Jawa Barat tercerahkan dengan gerakan 212 dan koalisi tiga partai yang fenomenal ini.[tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita