Menag: Jangan Berpolitik Praktis atas Nama Agama

Menag: Jangan Berpolitik Praktis atas Nama Agama

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Kongres Ulama Muda Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah secara resmi dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin, di kantor Pengurus Pusat Muhammadiayah, Jakarta, Selasa (30/1).

Dalam sambutannya, Lukman menyinggung soal maraknya politisasi agama. Lukman mengatakan umat Islam perlu memiliki pandangan yang sama mengenai istilah politisasi agama. Hal ini juga sebagai panduan menghadapi tahun politik yang tinggal menghitung bulan.

"Ketika ada yang mengatakan jangan politisasi agama, itu artinya apa. Atau ada orang yang menggunakan agama dalam berpolitik, itu artinya apa. Menurut saya, sebagai yang bangsa besar, dan mayoritas adalah umat Islam dan kita semua sebagai umat beragama perlu memiliki pemahaman yang sama tentang hal itu," kata Lukman dalam sambutannya di kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (30/1).

Lukman melanjutkan, bangsa dan negara Indonesia dikenal sebagai negara agamis, sehingga tidak bisa dipisahkan antara kehidupan dengan agama.

"Jangan pernah membayangkan bahwa kita tidak akan menggunakan nilai agama dalam menjalankan kehidupan keseharian kita," jelas Lukman.

"Tapi juga tidak bisa atas nama agama lalu kita berpolitik praktis yang sangat pragmatis, dengan menggunakan agama untuk memobilisasi massa," sambung Lukman.

Lukman juga menyoroti hadirnya hoax atau berita bohong di tengah umat Islam. Padahal, Islam memiliki tradisi kiritis terhadap sumber berita. Lukman mencontohkan perawi hadis yang behati-hati dalam menelaah hadis.


"Para perawi hadis itu saking itu berhati-hatinya luar biasa. Mereka sampai mempelajari dari silsilah, siapa yang meriwayatkan ini, bagaimana riwayat hidup masing-masing perawi pada masa kecilnya, remajanya apakah suka berbohong atau tidak, apakah dia menjalankan ajaran agama atau tidak," jelas Lukman.

Lukman juga menenkankan bahwa sikap kritis terhadap berita juga sudah diajarkan dalam agama Islam, salah satu contohnya adalah tabayyun (klarifikasi).

"Sebenernya umat Islam itu untuk melakukan verifikasi, klarifikasi, tabayyun misalnya, itu sebenernya tradisi kita. Kenapa kita tiba-tiba dengan sosial media, mungkin karena cepatnya sosial media itu yang luar biasa. Seakan-akan ini hilang dari tradisi kita," tutup Lukman. [kmp]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA