Jenderal Moeldoko: Kalau Ada Prajurit Berpolitik, Saya Gorok

Jenderal Moeldoko: Kalau Ada Prajurit Berpolitik, Saya Gorok

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Kemarin, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko menjadi pembicara seminar nasional soal Pilkada di Gedung Kridha Bakti, Jl Veteran III, Jakarta.

Dalam acara tersebut, Moeldoko bercerita sewaktu ia menjabat sebagai Panglima TNI, Moeldoko pernah menitipkan pesan terhadap prajuritnya untuk menjaga netralitas saat Pemilu 2014.

"Situasi Pemilu sewaktu saya menjadi Panglima TNI adalah situasi yang agak kurang baik karena waktu itu calon satunya dari TNI. Sehingga ada ke­cenderungan masyarakat curiga kepada TNI. Makanya, saya pe­san kalau macam-macam, coba keluar dari perintah saya, leher kamu akan saya gorok," cerita Moeldoko.

Menurutnya, saat itu masyarakat menaruh curiga soal netralitas TNI. Sebab saat itu Ketum Gerindra Letjen (Purn) Prabowo Subianto maju sebagai calon presiden 2014. Namun ia menegaskan bahwa sikap politiknya tetap mendorong netralitas.

"Waktu itu saya katakan TNI tidak bisa dipengaruhi oleh siapa pun. Pesan ini pesan luar dan juga pesan ke dalam," tuturnya.

Moeldoko pernah meminta bahwa tak boleh ada satu pihak dari luar yang mencoba meng­goyahkan netralitas TNI da­lam kontestasi Pemilu. Ia juga sempat mengancam prajuritnya saat itu apabila terlibat politik praktis.

"Jangan coba-coba mempengaruhi prajuritnya dalam konteks politik praktis, dan prajuritnya menjalankan per­intah saya yang memiliki garis komando yang sangat kokoh. Pesan ke dalam 'heh, lo jangan macem-macem prajurit. Kau macam-macam, coba keluar dari perintah saya, leher kamu akan saya gorok'," paparnya.

Dengan pesan tersebut, Moeldoko mengaku semua pra­juritnya satu komando tidak ada main politik praktis.

"Alhamdulillah pada waktu itu semuanya pada posisi yang terkunci, tidak bisa bermain-main," katanya.

Moeldoko juga idak memper­masalahkan adanya menteri yang rangkap jabatan di kepengurusan partai politik. Ia meyakini adanya menteri-menteri seperti itu tidak akan berdampak pada kinerja pemerintahan.

Meski tahun ini merupakan tahun politik dan partai-partai bakal disibukkan dengan kepentingannya menghadapi pemilu, Moeldoko yakin menteri yang menjadi pengurus partai tetap bekerja baik. 

"Tidak usah dikhawatirkan," katanya.

Wakil Dewan Pembina Partai Hanura ini berujar Presiden Joko Widodo pasti sudah memi­liki pertimbangan tersendiri saat mengangkat pembantunya yang masih duduk di kepengu­rusan partai politik. "Pasti su­dah ada pertimbangan mantang dalam memilih pembantunya," katanya.

Moeldoko sebelumnya me­nampik masuknya dirinya di pemerintahan berkaitan den­gan persiapan Presiden Joko Widodo untuk Pemilu 2019. "Pelantikannya tidak memi­liki kaitan dengan apa pun," ujarnya.

Moeldoko ingin fokus ke tugasnya saja saat ini, bukan ke 2019. Lagipula, kata ia, banyak penyesuaian yang harus ia laku­kan karena dirinya sudah tiga tahun menganggur dari lembaga pemerintahan. "Prioritasnya di persoalan ekonomi, kesenjangan," ujar Moeldoko.

Sebagaimana diketahui, Moeldoko menjadi figur militer kesekian yang berada di pemerintahan Presiden Joko Widodo, menyusul Wiranto, Luhut Binsar Panjaitan, Ryamizard Ryacudu, serta Agum Gumelar.

Hadirnya ia menambah barisan militer di pemerintahan Presiden Joko Widodo membuat sejumlah pengamat menduga Moeldoko merupakan bagian dari persiapan Pemilu 2019.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita