Dampak Pemindahan Kedubes AS bagi Indonesia

Dampak Pemindahan Kedubes AS bagi Indonesia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - SOAL pemindahan Kedubes Amerika ke Yerusalem adalah pemenuhan janji Presiden Donald Trump kepada donor terbesar kampanyenya, Sheldon Adelson, Raja Casino, pemilik Sands Corp di Las Vegas, Macau dan MBS Singapore.  Dengan langkah ini, Trump akan dapat dukungan luar biasa dari pendukung Israel. Mereka bisa membalikkan upaya impeachment terhadap Trump, karena pendukung Israel yg sangat kuat di Finance, Media, dan pengaruh Politik. Bonus politik luar biasa untuk Trump.

Trump, pedagang yang canggih dan ulet. Sehabis dia mengancam Qatar, baik Qatar (US$ 12 milyar) maupun Saudi Arabia (US$110 milyar) membeli senjata dari Amerika. Sehabis ancam Korea Utara, baik Korea Selatan dan Jepang beli senjata dari Amerika. Jika reaksi pemindahan Kedubes eskalatif jadi perang lokal di Timur Tengah, mereka akan beli senjata dari Amerika dan Russia.

Dampak lain, minyak mentah akan meloncat dari $40/barrel ke $100an/barrel. Perusahaan-perusahaan migas Amerika yg tadinya merugi akan untung besar. Shale Oil akan kembali laku. Russia, yang ekspor utamanya oil dan gas, akan dapat durian runtuh.

Tapi Indonesia justru akan bermasalah. Indonesia import crude oil dan BBM rata-rata sebanyak 1,1 juta barrel equivalent. Trade deficit akan membesar, dan akan memberikan tekanan terhadap kurs rupiah. 

Padahal 2 bulan terakhir, cadangan devisa lumayan berkurang karena BI ingin mematok kurs rupiah dibawah Rp.13.500/dollar.

Sebagaimana kita ketahui, keputusan AS tidak memiliki kekuatan hukum dan hanya menambah ketegangan, menyulut kemarahan dan ancaman lebih banyak wilayah jatuh dalam kekerasan dan kekacauan, sebagaimana pernyataan dari Liga Arab Minggu (10/12/2017).

Tak mengherankan kalau Menteri Luar Negeri Lebanon Gebran Bassil mengajak kepada negara-negara Arab untuk mempertimbangkan penjatuhan sanksi ekonomi kepada AS.

Sejah ini, status Yerusalem telah menjadi salah satu hambatan terbesar dalam kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.  Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibukotanya. Sedangkan Orang-orang Palestina menginginkan bagian timur kota sebagai ibu kota negara merdeka masa depan mereka sendiri.

Sangat mengkhawatirkan dan mencemaskan bahwa Presiden Trump telah mengambil keputusan untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel dengan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota sengketa itu, yang pasti memicu krisis baru  dengan dampak negatifnya dimana-mana, termasuk di Asia Tenggara. [***]

Penulis adalah mantan Menko Kemaritiman Presiden Jokowi dan Menko Ekuin Presiden Gus Dur.[rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita