Catatan Saksi Mata: Ada "Yang Tidak Beres" di Aksi Indonesia Bela Palestina Kemarin

Catatan Saksi Mata: Ada "Yang Tidak Beres" di Aksi Indonesia Bela Palestina Kemarin

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ada yang janggal didalam Aksi Bela Palestina 1712, yups...kalian yang terbiasa ikut Aksi Bela Islam, pasti juga merasakan.

Ini hanya sebagai CATATAN dari saksi mata... semoga di masa depan bisa lebih diantisipasi.

Bagaimanapun, para ulama kita sudah menyatakan, jangan dipertajam perbedaan, perbesar persatuan. Ulama panutan kita, walaupun seperti di'kerdilkan', tapi masih berbesar hati dan jiwanya.

Tulisan mas Al Ghifari ini pasti banyak yang merasakan saat Aksi Bela Palestina di Monas kemarin, terutama yang di area depan panggung.

Ada "Yang Tidak Beres" di Aksi Indonesia Bela Palestina Kemarin
Oleh: Al-Ghifari

(Saksi di Reuni 212, Live ILC dan Aksi Bela Palestina 1712)

Saya adalah peserta Aksi Bela Palestina di Monas pada 17 Desember 2017 yang diadakan oleh MUI bersama ormas-ormas Islam, kelompok pengajian dan berbagai elemen masyarakat.

Saya datang sejak pukul 03.00 pagi, ikut shalat subuh berjamaah bersama puluhan ribu orang dan hadir di barisan terdepan sejak acara mulai hingga acara selesai.

Saya menyaksikan bagaimana tokoh-tokoh saling bergantian untuk maju menyampaikan orasi nan penuh semangat menggerakkan hati umat agar senantiasa bersatu bela Palestina.

Dari seluruh tokoh yang hadir, salah satu tokoh yang saya perhatikan sangat atraktif adalah salah satu Ketua PBNU KH. Marsyudi Suhud. Saat acara kemarin didapuk menjadi Ketua Pelaksana Aksi Bela Palestina.

Kenapa saya perhatikan? Karena pertama, ini tokoh unik. Dianggap berpikiran maju karena membolehkan mengucapkan natal dan bahkan memberi ceramah rohani pada saat perayaan Natal.

Kedua, terkenal nyentrik dikalangan Kyai PBNU dan berbeda dengan Kyai pada umumnya yang tawadhu dan menjunjung tinggi adab serta menjaga tingkahnya dari gunjingan umat.

Bahkan foto kyai ini dengan seorang perempuan yang bukan istrinya dan nampak mesra, dengan mengedepankan husnudzon saja, sepertinya tidak patut untuk dishare ke publik.

Ketiga, dalam program ILC saat membahas kontroversi Reuni 212 yang dipermasalahkan, beliau nampak tidak jelas penyikapannya. Bahkan berkali-kali dibelakang panggung ILC sering ngobrol berempat dengan Denny Siregar, Abu Janda dan Aan Anshori.

Dua orang ini (Denny Siregar dan Abu Janda), kita sudah tahu sendiri sepak terjangnya...

Aan Anshori sendiri mengaku tokoh muda NU yang berjuang untuk kesetaraan. Dalam berbagai bisik-bisik di kalangan aktivis, Aan semangat sekali membela LGBT. Apakah dia juga Gay seperti foto dan kabar yang beredar di sosmed?

Kyai Marsyudi ini dibelakang live ILC selalu bersama mereka. Ingat hadits Rasul; "Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.”

Saya bicara dalam hati "ngga beres ini kyai", saat dia bolak balik berempat di ruangan ILC. Tapi baiklah, kita kedepankan sikap positif. Dan begitu juga saat di panggung Aksi Bela Palestina kemarin.

Awalnya, ketika mewakili PBNU untuk berorasi, tidak ada yang janggal. Saya catat semua kata-katanya. Tentang perlunya kita bela Palestina karena janji Allah.

Juga mengajak kepada bangsa di dunia yang lain untuk mewujudkan Palestina merdeka dan berdaulat. Dan mendorong segenap umat Islam untuk terus mendukung rakyat Palestina sampai mendapatkan hidup yang damai.

Kecuali soal ledekan Al-Aqsa dan Quds yang dia baca dengan sebutan Kudus. Walaupun itu joke ya.

Saat selesai acara pembacaan Petisi MUI menolak Yerusalem sebagai ibukota Israel yang dibacakan oleh Sekjen MUI itulah insiden itu terjadi. Saat proses pembacaan awalnya memang ada keributan dibelakang ulama antara Kyai Marsyudi dengan beberapa ulama. Nampak ketegangan.

Sesaat setelah petisi dibacakan, tiba-tiba KH. Marsyudi merebut mic MC yang dipegang oleh KH. Bahtiar Nasir. Dan langsung hendak menutup acara berbicara "pembacaan do'a oleh...[dan seterusnya].."

Untungnya panitia dan massa di depan berkata kompak "beluuuum".

Awalnya, kejadian ini, oleh kita yang didepan panggung mengira hanya miskomunikasi. Tapi agak lucu. Karena penanggungjawab jalannya acara bisa diambilalih micnya dan ada perubahan acara.

Keanehan lain nampak. Saat anak-anak muda diminta orasi, ada dua nama yang diteriakan massa umat. Fahri Hamzah dan Felix Siauw. Massa merasa tidak puas karena dua tokoh muda ini tidak tampil.

Tampak Kyai Marsyudi kembali bersitegang dengan panitia pengatur jalannya acara. Entah apa yang diperbincangkan. Tapi yang jelas, acara setelah itu jadi seperti tidak teratur rapi.

Kenapa umat hanya berteriak Fahri Hamzah dan Felix Siauw. Saya yakin ini soal hati dan perasaan umat dan rakyat yang bisa diwakili oleh mereka berdua. Mereka adalah bintang ILC saat tema "212: Perlukah Reuni".

Fahri Hamzah sendiri adalah orator yang kata-katanya di orasi Reuni 212 dua pekan lalu menjadi viral dan terus jadi narasi yang mengisi umat hingga sekarang. Wajar umat merindukan hadir.

Umat tentu saja bertanya. Ini ada apa? Kenapa mereka tak muncul berorasi padahal sudah berada di panggung? Apakah ketegangan itu bisa diasumsikan bahwa memang ada koordinasi yang tak selesai dikalangan ormas? Adakah agenda lain yang masuk? Adakah proses pembusukan dan pengkerdilan?

Kepada para pemimpin umat. Tolong jangan mau dijebak dan ditakuti atau dikecilkan. Kesadaran umat sudah mengalir dan menemukan bentuknya. Orator dan pemimpin narasi seperti Fahri dan Felix harusnya ditampilkan.

Janganlah mau kita disetir oleh opini soal ormas anti Pancasila, antikebhinnekaan, radikalisme dan lain sebagainya. Apalagi dijebak kesepakatan-kesepakatan dengan orang-orang yang ingin mengkerdilkan gelombang umat.

Umat sudah bersatu. Segera klarifikasi kejadian kemarin. Jangan mau lagi disabotase atau dikerdilkan gerakan ini. Wassalam.

[pid]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita