Panglima TNI: Polisi pun Tidak Boleh Miliki Senjata yang Bisa Menembak Tank, Saya Serbu Kalau Ada!

Panglima TNI: Polisi pun Tidak Boleh Miliki Senjata yang Bisa Menembak Tank, Saya Serbu Kalau Ada!

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Panglima TNI menegaskan tidak boleh di NKRI ada institusi yang memiliki senjata selain TNI dan Polri, pernyataan Jenderal Gatot tersebut disampaikan pada saat acara silaturahmi TNI dengan purnawirawan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (22/9) kemarin.

"Bahkan polisipun tidak boleh memiliki senjata yang bisa menembak tank, dan bisa menembak pesawat, dan bisa menembak kapal, saya serbu kalau ada," ungkap Jenderal Gatot yang disambut riuh tepuk-tangan hadirin.

Ditegaskan Panglima TNI hal ini merupakan ketentuan, karena kalau mencoba secara hukum sudah tidak bisa, bhayangkari itu yang akan muncul.

Rekaman pernyataan Panglima TNI yang dilansir salah satu media elektronik terkemuka tersebut, belakangan beredar di jejaring sosial, berikut petikannya:



"Situasi yang sekarang ini yang sama-sama kita harus waspadai, ada semacam etika politik yang tidak bermoral, atau dikatakan tepatnya saat ABRI yang dulu, itu terjadi sekarang ini.

Sehingga suatu saat apabila kami yang junior-junior ini melakukan langkah yg diluar kepatutan para senior itu yang kami anggap sebagai membahayakan NKRI, tapi datanya kami pasti akurat. Ada kelompok institusi yang akan membeli 5000 pucuk senjata, bukan militer. Ada itu pak, ada yang memaksa, ada yang mempidanakan untuk apa..? ada , dan data-data kami, intelijen kami, akurat ", ungkap Jenderal Gatot.

Kami masuk pada rule-rule intinya, tapi hanya untuk kami saja itu pak, Karena kalau tidak pak, bahkan TNI pun akan dibeli, tidak semuanya disini bersih pak, jujur saya katakan ada yang sudah punya keinginan dengan cara yang amoral untuk mendapatkan jabatan.

"Dan itu saya berjanji mereka akan saya buat merintih, bukan hanya menangis, biarpun itu jenderal, karena ini berbahaya. Kalau sudah TNI ditarik ke politik selesai negara ini, ujung-ujungnya nanti kita tak bisa berbuat apa-apa lagi, UU Pidana Militer masuk kesana masuk itulah awal dari perkelahian dan itulah awal dari kehancuran negara maka apapun akan kami lakukan, jadi mohon doa restu saja. Memakai nama presiden, seolah-olah itu dari presiden yang berbuat padahal saya yakin itu bukan presiden. Informasi yang saya dapat bisa kalau bukan dari A1 tidak akan saya sampaikan disini," kata Jenderal Gatot.

"Saya pikir sebagai seorang manusia, saya sebagai prajurit dianugerahi sebagai Panglima TNI itu sudah puncaknya pak, sebagai seorang orang tua, anak saya dua-duanya sudah menikah sudah S2 dan sudah punya cucu pak, jadi sebagai prajurit sudah sampai level atas tinggal pengabdian saja pak," imbuhnya.

"Jadi ini akhir yang mungkin pak Wiranto tahu tapi mungkin beliau lebih soft, tapi itu yang terjadi pak, sampai saya tolak saya katakan, kita akan intip terus, kalau itu ada akan kita serbu, jadi kalau satu saat kami menyerbu pak itu tidak boleh di NKRI ada institusi yang memiliki senjata selain TNI dan Polri.

Bahkan polisipun tidak boleh memiliki senjata yang bisa menembak tank, dan bisa menembak pesawat, dan bisa menembak kapal, saya serbu kalau ada, "ungkap Jenderal Gatot tepuk-tangan hadirin.

"Ini ketentuan, karena kalau mencoba secara hukum sudah tidak bisa, bhayangkari itu yang akan muncul," pungkas Gatot. [tsc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita